Jumat, 07 Mei 2010

Sejukkan Hatiku, Pagi..!

Indahnya pagi mengiringi hari..
Bersua kawan dalam kebahagiaan
Bercanda riang serasa tak ada dendam
Indahnya hari diawal mentari
Pelipur lara yang kian membara
Setitik kesejukan dalam keramaian
Kuraba, kurasa, kuhilang dalam beranda
Oh... jiwa merindu di kala gelap belantara
Akankah tepi kan jua bersua
Telah lama... lama dan lama
Namun semua tak jua menjadi nyata..
Oh pagi... berikan tetesan embunmu..
Sejukkan hati yang terbakar nestapa
Yang kerap tak pasti kian tak menentu..

Kamis, 08 April 2010

kupu-kupu

Aku akan lepas, terbang jauh pergi

Senyum mengahancurkannya…

Kemarin kau jadi macan

Hancur, benci…

Hari ini kau kupu-kupu yang manis…

Berlari… berhenti… tersenyum…

Bertanya… menunduk…

Hatiku… tak bisa terjaga…

Terbawah… terus…

Aduh…

Rabu, 20 Januari 2010

Aku Bangga pada Hati

Kujalani hariku dengan senyum
yah... tersenyum dengan apa yang aku dapatkan
menapaki tiap jengkal dari penjelajahan
membuka tabir penghalang dari keceriaan..

kutaburkan kebahagiaan di atas segalanya
kuberharap cinta terlahir dari kesedihan
dan kukejar cita yang kian tumbuh dalam pikiran
memberontak untuk di wujudkan

sepintas terasa letih di sanubari
ada secercah keluh merambat dalam hati
seakan bertanya, akankah semua kan terjadi..
seakan menuntut semua menjadi pasti...

lalu kukatakan dengan lembut kepada hati..
"sabar, perjalanan itu terus bergerak meniti hari yang silih berganti,
kau kan tau semua itu akan sangat berarti...
kau akan rasakan betapa bahagia akhir dari awal yang tertatih..."

kutarik nafas lega sedalam-dalamnya..
atas pengertian yang hati berikan...
dia faham jiwa yang sedang menanti dalam gunda gulana...
dia mengerti betapa berat semua ini kan berjalan...

aku bangga pada hati...
tak kalah sinar mentari nampak berseri..
iapun riang melewati pagi...
meniti hari, dalam lembah maupun duri....

aku bangga dan cinta pada hati...
dengan curahan air asa yang menetes dari kelembutan sanubari...
menyejukkan diri dan setiap potongan dari sendi-sendi...
memberi ketenangan pada jiwa yang tak akan mati....

aku bangga pada hati...
yang terus berkata, "walau ku lemah, tetaplah berdiri"
memberi harapan di sela-slea mimpi yang tak pasti...
bangkitkan jiwa petarung sejati...

Lentera berujung langit


baru ku arahkan pandangan jauh ke atas langit,
kulihat seberkas cahaya mengkilat dalam sekejap,
Aku terpana dalam terawang gelapnya malam,
menghambur ke dalam alam angan yang terbayang....

sesaat kemudian, lentera berujung langit membakar dengan sengit,
seakan runtuhannya menerpa kepala angan ku,
lentera berujung langit... mengejar, menggapai-gapai, ingin membakar dan mengghanguskan,
aku berlari ke arah tak pernah terlihat, yang ada hanya ketidak tahuan akan tujuan.

lentera berujung langit terus dalam keganasan akan penghangusan,
akupun dalam lari yang tak berujung, sesak nafas berkejaran tak karuan,
nyeri terasa kaki dan jiwaku, hilang kendali dan tak tahu arah...
alam serasa berteriak.."LAAARIIIIII..."

Teman se|Indah Permata


Hati ini indah karena mu kawan...
Berantai cerita lawas tlah terlewatkan...
Damai jua setiap saat dalam perasaan...
Sesaat kau hadir dalam kehidupan...

Ingin ku tumpahkan semua rasa yang kau hadirkan...
Dalam tangismu di senja nan memilukan...
Kau pesona dalam sejuta impian...
Memahat makna sebuah persahabatan...

Jalan terjal kan terlewatkan...
Meski dengan luka dan darah yang terasakan...
Ketegaran hati dan kebesaran jiwa adalah kebanggaan...
yang kan ku do'akan selalu buatmu kawan....

Ingatlah ketika kita tak bertatapan...
Tak ada sekat yang kan dapat memisahkan..
Tak jua perbedaan akan meluluh lantakkan...
Ataukah lautan dan samudera pun jua tak dapat memisahkan....

Telah lama ingin kuhamburkan...
Kecintaan kepadamu kawan...
Kecintaan yang semata-mata karena keikhlasan..
Untuk cinta dan Ridho-Nya yang terindukan...

Kawan, seindah permata yang tak terkirakan...
Sahabat, selembut sutera yang menghangatkan...
saudara, sebining embun pagi yang menyejukkan..
bina ukhuwah dalam keadiolan dan kesejahteraan....

Allahu Akbar....

Jumat, 10 Juli 2009

Semua Tak Nyata

untaian kata yang tumpah dalam tiap duka yang tercipta
memberi makna luas dalam hidup yang buas
mengenang diri dalam bahagian yang tak nyata
kini beruas-ruas asa yang telah hilang terkelupas

bantaran kini telah nyata..
bantaran itu bukan sekedar angan yang tak terhelak
namun kenyataan yang meninggalkan duka
akankah menghilang kelak

ku rajut kembali benang-benang hati yang mulai kusut
oleh tekanan asa yang kalut
dalam duka yang kian membalut
merongrong jiwa, hingga tak satupun saat yang luput

berusaha ingin ku rebut kembali semua angan yang terhempas
namun bayangan tak memberiku sedikit celah untuk mendekap
bayangan itu kian menjauh dari pelupuk mata yang tak pantas
dalam buaian tangis di hening gelap

akankah kesendirian ini membawa pada kesatuan cinta
apakah penantian ini akan mengantar ke dalam bahtera kasih yang indah
akankah semua terbuka di hamparan pengharapan yang tertunda
semoga kan terwujud angan yang hampa.

Minggu, 28 Juni 2009

Wajah dalam Asa

Kusemai tiap duka yang tertuang dalam bejana kehidupan ini

Kutatap jauh ke depan, jauh dan tak tertebak oleh pemikiran yang sedikit ini

Lalu ku tundukkan kepala tanda ketidak berdayaan dan kekalahan di dalam hati nurani

Perlahan lutut terlipat, tersungkur tak berdaya dalam rintihan sanubari

Jangankan melangkah, bergerakpun tak lagi dapat kulakukan

Begitu berat beban yang ada dalam otak yang segumpal ini

Begitu sulitkah jalan yang harus kulalui

Sehingga harus terlibas dan terdepak dalam ketidak berdayaan hati

Masih tersungkur dalam ketidak berdayaan

Hingga terasa belaian lembut di pundak yang keluh ini

Kutengadahkan kepala dalam keputus asaan

Dengan sangat takjub

Kulihat secercah harapan datang dari wajah yang bersinar

Wajah yang memberikan ketenangan dalam kehidupan ini

Wajah yang mengulurkan tangan lalu kemudian mengangkatku dari keterpurukan

Wajah yang senantiasa memberikan semangat dan arti kehidupan itu sendiri

Wajah yang tak kan pernah hilang dalam kenangan

Kini telah jauh bias cahaya itu pergi

Kini telah jauh wajah yang bersinar itu menapakkan kaki

Tak terasa lagi belaian lembut untuk pundak yang tak kuat memikul kehidupan

Tak terdengar lagi bait kata pemompa asa

Wahai wajah yang member keceriaan dalam kehidupan

Sekiranya mampu terlahir kembali

Ku inginkan wajah itu sentiasa ada dalam kehidupan yang kedua itu.