Minggu, 28 Juni 2009

Wajah dalam Asa

Kusemai tiap duka yang tertuang dalam bejana kehidupan ini

Kutatap jauh ke depan, jauh dan tak tertebak oleh pemikiran yang sedikit ini

Lalu ku tundukkan kepala tanda ketidak berdayaan dan kekalahan di dalam hati nurani

Perlahan lutut terlipat, tersungkur tak berdaya dalam rintihan sanubari

Jangankan melangkah, bergerakpun tak lagi dapat kulakukan

Begitu berat beban yang ada dalam otak yang segumpal ini

Begitu sulitkah jalan yang harus kulalui

Sehingga harus terlibas dan terdepak dalam ketidak berdayaan hati

Masih tersungkur dalam ketidak berdayaan

Hingga terasa belaian lembut di pundak yang keluh ini

Kutengadahkan kepala dalam keputus asaan

Dengan sangat takjub

Kulihat secercah harapan datang dari wajah yang bersinar

Wajah yang memberikan ketenangan dalam kehidupan ini

Wajah yang mengulurkan tangan lalu kemudian mengangkatku dari keterpurukan

Wajah yang senantiasa memberikan semangat dan arti kehidupan itu sendiri

Wajah yang tak kan pernah hilang dalam kenangan

Kini telah jauh bias cahaya itu pergi

Kini telah jauh wajah yang bersinar itu menapakkan kaki

Tak terasa lagi belaian lembut untuk pundak yang tak kuat memikul kehidupan

Tak terdengar lagi bait kata pemompa asa

Wahai wajah yang member keceriaan dalam kehidupan

Sekiranya mampu terlahir kembali

Ku inginkan wajah itu sentiasa ada dalam kehidupan yang kedua itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar